Pages

Minggu, 29 Januari 2012

Analisa Liverpool vs MU (putaran ke 4 FA CUP)


Inilah formasi awal Liverpool semalam:
Reina; 
Carragher, Skrtel, Agger;
Kelly, Gerrard, Henderson, Jose Enrique; 
Maxi, Carroll, Downing.
Analisis Awal:
Formasi ini formasi bunglon yang bisa berubah dengan cepat tergantung kebutuhan. 3-4-3 adalah opsi awal, sementara keadaaan bisa dengan cepat berubah ketika Liverpool berada dalam posisi tertekan atau sedang menyerang.

Dan inilah formasi awal Man. United:
De Gea; 
Rafael, Smalling, Evans, Evra; 
Giggs, Carrick, Scholes; 
Park, Welbeck, Valencia; 
Analisis Awal:
Sir Alex terlihat jelas ingin menguasai lini tengah sambil mencoba untuk menusuk lewat sayap, terutama sayap kanan yang dihuni Antonio Valencia. Park sendiri diplot untuk lebih membantu di lini tengah.
Pertandingan ini sendiri secara umum dibagi menjadi empat bagian berdasarkan display yang ditampilkan di lapangan.


Bagian I: Meraba-raba Kekuatan Lawan
20 menit pertama pertandingan ini adalah bagian yang paling membosankan. Kedua tim masih mencoba untuk mencari kelemahan lawannya. Game plan berjalan sesuai rencana awal di mana Man. United lewat Paul Scholes nya berusaha sedini mungkin mengeksploitasi lini tengah Liverpool. Liverpool sendiri tidak tinggal diam. Beberapa kali lewat Steven Gerrard dan Maxi Rodriguez mereka mengancam pertahanan Man. United sampai akhirnya terjadilah gol Daniel Agger. Gol Agger berawal dari sepak pojok. Di beberapa sepak pojok di babak pertama itu terlihatlah “fungsi” Carroll sebagai distraksi bagi pertahanan Man. United, terutama bagi sang kiper David De Gea. De Gea selalu dibayangi oleh Martin Kelly dan Andy Carroll di setiap kesempatan sepak pojok sampai akhirnya Daniel Agger sukses menceploskan bola lewat sundulan kepala di menit ke 21 setelah pergerakan De Gea terhalang Carroll ketika akan menghalau bola sepak pojok Gerrard. 1-0 untuk Liverpool.

Bagian II: Dominasi Manchester United
Paruh kedua babak pertama kemudian dihiasi oleh dominasi Man. United terutama di sektor tengah. Di babak pertama ini, Opta merilis data bahwa Paul Scholes mencatatkan akurasi umpan sampai 97% dengan perincian 95 umpan sukses dari 97 percobaan. Scholes memang menjadi sosok dominan di bagian ini, akan tetapi, Man. United menemui kesulitan untuk menembus pertahanan berlapis Liverpool. Dalam posisi seperti itu, formasi Liverpool berubah menjadi 6-3-1 dengan kedua bek sayap mundur ke belakang dan Jordan Henderson pun membantu lini pertahanan. Dari situasi seperti ini lahirlah gol balasan Man. United yang dicetak oleh Park Ji-Sung di menit ke-39. Gol balasan ini tipe gol yang “tinggal tunggu waktu”, mengingat intensitas dominasi Man. United yang amat tinggi. Di situ, Jose Enrique gagal mengantisipasi eksplosivitas Rafael Da Silva. Hasilnya, ketika Rafael berhasil mengirim umpan tarik ke kotak penalti, Park Ji-Sung datang dari lini kedua dan gol pun terjadi. Pertandingan babak pertama pun ditutup dengan skor imbang 1-1.

Bagian III: Jual-Beli Serangan
Awal babak kedua menjanjikan pertarungan yang lebih seru dibanding babak pertama. Liverpool mengambil inisiatif serangan terlebih dahulu. Beberapa peluang didapat, di antaranya lewat tendangan bebas Steven Gerrard dan dari kesalahan David De Gea yang nyaris dieksploitasi oleh Stewart Downing. Man. United bukannya tanpa peluang. Danny Welbeck yang bermain di sayap (dan meninggalkan Park Ji-Sung sebagai false nine) sempat melakukan satu gerakan eksplosif ketika menerima umpan panjang Michael Carrick. Welbeck sudah melewati Reina, hanya saja kesigapan Martin Skrtel lah yang menyelamatkan gawang Liverpool.
Di bagian inilah terjadi perubahan besar-besaran di kubu Liverpool. Dirk Kuyt dan Charlie Adam masuk menggantikan Jamie Carragher dan Maxi Rodriguez di menit ke-63. Formasi Liverpool pun berubah menjadi 4-4-2 dengan Downing dikembalikan ke flank kiri dan Henderson mengisi flank kanan. Sementara itu, Dirk Kuyt ditugaskan menjadi pemain eksplosif yang bermain di belakang tembok mereka, Andy Carroll. Ketika ini, Man. United masih sanggup mengimbangi. Lini tengah Man. United masih cukup kuat menghalau pergerakan pemain-pemain Liverpool walaupun beberapa kali sisi sayap belakang Man. United mampu tertembus meskipun semua harus kandas di kaki atau kepala Chris Smalling dan Jonathan Evans.

Bagian IV: Hilangnya Sang Jenderal
Menit ke-73, Kenny Dalglish memutuskan untuk memasukkan pemain yang mengidolakannya, Craig Bellamy untuk menggantikan kapten Steven Gerrard. Dengan demikian, berubah lagi pola serangan Liverpool. Henderson dan Downing ke tengah menemani Adam, Bellamy bermain di flank kiri sementara Kuyt mengisi flank kanan. Jadilah pola 4-3-3 digunakan Liverpool di quarter terakhir pertandingan.
3 menit setelah perubahan menjadi 4-3-3 oleh Liverpool, Sir Alex Ferguson melakukan hal yang saya sebut sebagai inti kekalahan Man. United semalam. Di menit ke-76, Javier Hernandez dimasukkan untuk menggantikan Paul Scholes. Danny Welbeck kemudian bermain di belakang Hernandez dan formasi MU pun berubah menjadi 4-2-3-1. Ingat apa yang terjadi di Newcastle? Ya, hal yang sama terulang semalam ketika Carrick dan Giggs kemudian dihabisi di tengah oleh trio Adam-Henderson-Downing. Peluang Liverpool tiba-tiba menjadi cukup banyak setelah Scholes ditarik keluar. Pertahanan Man. United dibuat kocar kacir akibat minimnya filtering dari lini tengah oleh Carrick dan Giggs.
Hasilnya, lewat sebuah fastbreak cepat dari Reina, Andy Carroll kemudian mengarahkan bola hasil tendangan Reina ke daerah kosong di sisi kiri pertahanan Man. United. Patrice Evra salah mengantisipasi pergerakan Dirk Kuyt. Dengan sebuah sepakan keras dan terukur ke tiang dekat, Kuyt menaklukkan De Gea dan sukses mencatatkan gol kemenangan Liverpool. Anfield pun serasa akan meledak saking dahsyatnya efek gol Kuyt tadi. Bendera-bendera bergambar Bill Shankly terkibar kembali dan Luis Suarez pun berjingkrak-jingkrak dari tribun VIP. Masuknya Dimitar Berbatov di menit 90 menggantikan Ryan Giggs terlalu terlambat untuk mengubah hasil.

Kesimpulan:
Ini adalah pertandingan yang sarat taktik. Liverpool bermain menunggu di babak pertama kemudian tampil menyerang di babak kedua, sementara Man. United tetap dengan upaya dominasi lini tengahnya namun gagal untuk menjembatani lini tengah dan lini depan akibat absennya pemain fantasi seperti Wayne Rooney dan Luis Nani. Liverpool layak untuk menang, tetapi Man. United juga tidak layak untuk kalah. Pergantian pemain menjadi kunci bagi Kenny Dalglish sementara Sir Alex mengalami kesulitan di bagian ini akibat badai cedera. 

sumber :  http://twelveyardbox.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar